Jumat, 29 Maret 2013

MEMBACA KEMBALI KREATIVITAS SARJANA MUSLIM KLASIK.

Oleh: Tauhedi As’ad Pengantar Dalam konteks sejarah, kalangan pemikir muslim klasik telah membangun semangat kreativitas didalam dunia akademik khususnya di bidang organisasi kelembagaan maupun dalam karya tulis ilmiah. Bahkan menjadi kiblat pengetahuan ke seluruh dunia sehingga banyak di ikuti oleh peradaban barat sampai ke masa kolonial. Pada abad kejayaan peradaban Islam dengan bangkitnya pemerintahan Dinasti Abbasiyah pada tahun 132H/750 M merupakan masa berkembangnya para pemikir Islam yang jenius dengan penekanan besar pada ilmu pengetahuan dan masalah dalam negeri. Salah satu karakteristik di era Abbasiyah pada saat itu adalah upaya penerjemahan dan menyerap ilmu pengetahuan dari peradaban lain, termasuk Mesir, Babilonia, Yunani, India, Cina, dan Persia. Peradaban Abbasiyah tersebut telah memberikan pencerahan baru terhadap regenerasi para sarjana muslim. Dalam kurun waktu tiga fase buku-buku dalam bahasa Yunani, Syiria, Sanskerta, Cina dan Persia. Dan Persia di terjemahkan ke dalam bahasa Arab. Fase pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), pada masa khalifah al-mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase kedua yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua tersebut, berlangsung pada masa khalifah al-Makmun (232 H/847 M-334 H/945 M), buku yang banyak di terjemahkan adalah bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung (334 H/945 M-347 H/1005 M), terutama setelah adanya pembuatan kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas. Setelah gerakan penerjemahan, dimulai tugas sulit dan lama untuk menyaring, menganalisis dan menerima atau menolak ilmu pengetahuan dari peradaban lain. Pada perkembangannya berbagai cabang ilmu pengetahuan dan memunculnya karya tulis para sarjana, berkembang pula produksi kertas yang tersebar luas di seluruh wilayah Islam, kemudian memberikan dorongan besar tidak saja bagi gerakan penulis, penerjemahan dari pengajaran, akan tetapi juga berpengaruh pada gerakan pengumpulan naskah. Kondisi tersebut berlangsung ketika seluruh peradaban muslim dilanda debat hebat, dan buku menyebabkan merebaknya perpustakaan diberbagai penjuru dunia Islam. Mereka berlomba untuk membeli karangan-karangan ilmiah para penulisnya sehingga memberikan komentar dengan cara seksama yang bernuansa baru dalam perkembangan pemikiran Islam yang dimulai dengan dialog kritis transformatif. Oleh karena itu, para sarjana muslim klasik telah memberikan teladan terbaik khususnya di bidang ilmu pengetahuan untuk di transformasikan kedalam bentuk tulis karya ilmiah. Mahasiswa Aktifitis dan Organisatoris Tri Darma Perguruan Tinggi ada tiga komponen yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Di bidang pendidikan, mahasiswa mengikuti organisasi kelembagaan akademik untuk memproleh pengajaran ilmu pengetahuan, sedangkan di bidang penelitian mahasiswa diwajibkan untuk meneliti terhadap persoalan-persoalan yang ada sehingga bisa menemukan kebenarannya baik penelitian yang bersifat lokal, nasional maupun penelitian internasional. Sementara di bidang pengabdian, mahasiswa mengabdi secara tanggung jawab dalam kehidupan sosial untuk membantu dan menolong masyarakat. Kemudian mahasiswa mengambil sasaran dan dokumentasi yang akan dijadikan bahan penelitian dan ditulis kedalam bentuk jurnal penelitian maupun karya ilmiah. Namun dalam konteks ini, penekanannya pada aspek kreatifitas yaitu mahasiswa kreatif. Mahasiswa seharusnya membaca kembali karya-karya sarjana muslim klasik untuk mengambil spirit dan semangat kreatifitas yang telah berhasil memberikan nuansa pencerahan terhadap generasi muslim khususnya bagi kalangan mahasiswa di perguruan tinggi Islam. Salah satu keberhasilan para sarjana muslim klasik adalah penekanannya yang besar terhadap penulisan karya ilmiah untuk di analisis, di evalusi, dialog kritis yang disesuaikan dengan konteks kekinian sehingga melahirkan pemahaman baru. Oleh karenanya, penulisan karya ilmiah sangat penting untuk di kembangkan secara kritis dengan menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah yang ada. Kreatifitas mahasiswa seperti inilah masuk pada kategori aktivifis di bidang karya tulis yang produktif-transformatif. Berbeda dengan kreativitas mahasiswa yang fokus pada dunia organisasi kelembagaan. Organisasi kelembagaan yang berhubungan dengan akademik non akademik seperti unit kemahasiswaan (UKM) dengan lembaga organisasi lain mampu menampung sebagai sarana aktifitas dan gerakana mahasiswa untuk membangun kreatifitas dan kemandirian dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan pedoman organisasi (PO) dan anggaran dasar rumah tangga (ADRT). Sedangkan visi misi organisasi di sesuaikan dengan oreintasi dan tujuan organisasi tersebut yang di sepakati secara konstitusional sehingga melahirkan karakter dan corak organisasi itu sendiri. Sementara organisasi kemahasiswaan yang terjun kedunia gerakan aksi mampu mewarnai kehidupan masyarakat kampus dan masyarakat pada umumnya sehingga melahirkan kreatifitas berpikir kritis transformatif untuk memecahkan persoalan yang ada di masyarakat. Maka kreatifitas ini, mahasiswa masuk kategori mahasiswa aktifis-organisatoris. @@@ Selamat Diskusi Kritis Transformatif @@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar