Sabtu, 16 Februari 2013

KORELASI FILSAFAT DAN IDEOLOGI PENDIDIKAN PERSPEKTIF WILLIAM F. O’NEIL DAN GEORGE F. KNELLER

KORELASI FILSAFAT DAN IDEOLOGI PENDIDIKAN PERSPEKTIF WILLIAM F. O’NEIL DAN GEORGE F. KNELLER: Oleh: Tauhedi As'ad. Pendahuluan Filsafat merupakan akar berpikir cara filsafati yang tentunya menggunakan cara berpikir tepat untuk memahami sesuatu. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui rekleksi yang mendalam untuk memahami persoalan tentang kehidupan, sehingga cara berpikir demikian memperoleh pengetahuan yang tersusun sesuai pandangan berpikir akan sesuatu. Dengan kata lain, kelahiran ilmu pengetahuan akan selalu diawali oleh rasa keingintahuan manusia akan segala sesuatu. Apa yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Ilmu yang mengkaji pengetahuan manusia disebut filsafat pengetahuan (epistemology atau teory of Knowlwdge). Ilmu ini lahir semenjak Immanuel Kant (1724-1804 M) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan secara tepat. Korelasi filsafat dengan ideologi pendidikan merupakan disiplin ilmu pengetahuan sintetik yang memadukan berbagai aliran untuk melacak klasifikasi ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh George F. Kneller dan Willam F. O’neil. Namun keduanya menggunakan cara yang berbeda didalam menggunakan analisis pengetahuan yang digunakan baik dari aspek filsafat dengan klasifikasi ilmu pengetahuan maupun aliran ideologi-ideologi pendidikan sehingga keduanya sama-sama berpikir filsafati sesuai dengan hubungan pendekatan yang digunakannya. Paling tidak, cara memahami makna filsafat (a), filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta, (b) filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran, (c) filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah, (d) filsafat adalah perangkat teori dari sistem berfikir. Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Oleh karena itu, klasifikasi jenis-jenis pengetahuan yang dikembangkan Kneller dan ideolog-ideologi pendidikan yang kembangkan oleh O’ neil sangat membantu untuk berpikir sistemik agar persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat bisa menggunakan dari alur berpikir yang tepat dan sesuai baik dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Rumpun ilmu pengetahuan ini akan dibahas berikutnya sesuai dengan konstribusi keilmuannya dari kedua tokoh tersebut, serta mengetahui metode berpikir untuk memitakan filsafat dan aliran ideologi-ideologi pendidikan yang dikembangkan oleh keduanya. Penulis mencoba menjelaskan secara deskriptif-komparatif atau menggunakan metode berpikir sintetik untuk mengetahui pola berpikir yang sistematik didalam merumuskan filsafatnya. Kemudian penulis menggabungkan hubungan filsafat pendidikan dengan ideologi-idelogi pendidikan sesuai dengan pembahasan berikutnya. Kegelisahan Dan Konstribusi Keilmuan. Kegelisahan yang dinyatakan oleh kedua tokoh tersebut tidak lepas dari latar belakang yang melingkupinya sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan. Pengalaman pemikiran yang dikembangkan oleh tokoh tersebut berangkat dari praktik pendidikan sebagai landasan ideologinya untuk mempertahankan kedudukan masing-masing dirinya sebagai pemikir dan realitas masyarakat Amerka Serikat yang cenderung padatnya ideologi sehingga dominasi ideologi Negara adalah liberalisme. Dengan demikian, pandangan Kneller memberikan terobosan keilmuan filsafat kontemporer yang berhubungan dengan pendidikan yaitu Perenialisme, progresivisme, esensialisme dan rekonstruksionisme. Keempat model tersebut harus disertai dengan nilai-nilai intuitif dan psikologis untuk menanamkan kebaikan dan pencerahan. Sementara O’neil memberikan cakupan pemahaman keilmuan khususnya dibidang pendidikan dengan bermacam aliran-aliran ideologi pendidikan yang berkembang di dunia kontemporer, pada akhirnya O’neil menjelaskan secara rinci dan luas tentang ideologi-ideologi pendidikan. George F. Kneller. George F. Kneller dalam bukunya Introduntion To The Philosophy of Education, menyatakan adanya modus terbagi tiga bagian untuk mempelajari hubungan filsafat dengan pendidikan. Artinya, modus yang biasa dipakai dalam filsafat juga berguna bagi filsafat pendidikan, yang pertama spekulatif, kedua preskriptif, dan ketiga analisis. Menurutnya, ketiganya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena merupakan rangkaian pemikiran kefilsafatan untuk mempermudah didalam merumuskan sistem dan konsep-konsep filsafat pendidikan. Sedangkan mengenai epistemologi pengetahuan tentang filsafat ada kesamaan dengan pemikirannya, walaupun ada perbedaan garapan konsep-konsep filsafat pendidikan terapan. Lebih jelasnya pertama Spekulatif berarti pemikiran yang sistematis terhadap apa saja yang ada, baik secara abstrak maupun kongret. Filsafat spekulatif adalah suatu pencarian untuk aturan dan suatu hal yang menyeluruh, yang diterapkan bukan hanya pada hal tertentu atau pengalaman tertentu saja tetapi untuk seluruh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu usaha untu menemukan hubungan dari keseluruhan aspek dari pikiran dan pengalaman. Filsafat Spekulatif merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia, eksistensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, dengan penalaran intelektualnya itu manusia berusaha membangaun suatu pemikiran tentang manusia dan masyarakat. Contoh dari paradigma filsafat ini adalah filsafat yunani kuno, filsafat Socrates, Plato dan filsafat Aristoteles. Filsafat berusaha menemukan relevansi antar berbagai situasi dan kondisi, pemikiran dan pengalaman. Dengan pencarian relevansi, dunia pikiran diharapkan dapat dipertemukan dengan pengalaman nyata. Sedangkan modus kedua, preskriptif. Dengan modus ini tercipta standar untuk mempelajari adanya peranan nilai bagi pendidikan. Filsafat preskriptif menyusun standar untuk memeriksa nilai, menilai hubungan, dan menghargai seni. Filsafat preskriptif menilai apa yang kita maksud dengan baik dan buruk, benar dan salah, indah dan jelek. Filsafat preksriptif bertanya apakah hubungan bentuk-bentuk kualitas ini berkaitan satu sama lain atau hanya merupakan proyeksi dari pikiran kita. Bagi psikolog, hubungan manusia secara moral, baik atau buruk, akan membentuk sikap-sikap yang dapat dipelajari. Tapi menurut pendidik dan filsuf preskriptif beberapa bentuk sikap ada yang berharga dan ada yang tidak. Filsuf preskriptif mencari untuk menemukan dan mengajukan prinsip-prinsip untuk memutuskan suatu kegiatan dan nilai kualitas apa yang bermanfaat dan mengapa hal tersebut harus dilakukan. Kedudukan nilai dalam kehidupan sangat fundamental sehingga diusahakan agar kualitas dan penerapannya selalu meningkatkan mutu kehidupan. Yang modus ketiga analisis yang berhubungan dengan kata-kata dan makna. Filsafat analitis berfokus pada kata dan artinya filsuf analitis memeriksa notasi-notasi seperti sebab, pikiran, kebebasan akademik, dan kesamaan kesempatan, dalam rangka untuk menilai pengertian yang berbeda dalam konteks berbeda. Filsuf analitis manunjukkan bagaimana ketidakkonsistenan akan muncul ketika pengertian dalam suatu konteks diaplikasikan pada konteks lain. Filsuf analitis cenderung skeptis, berhati-hati, dan menolak untuk membangun suatu sistem berpikir. Sekarang ini pendekatan analitis mendominasi filsafat Amerika dan Inggris. Di Benua Eropa berlaku tradisi spekulatif. Tetapi apapun filsafat yang banyak digunakan pada waktu kapanpun, kebanyakan filsuf setuju bahwa semua pendekatan berperan pada perkembangan filsafat. Spekulasi tanpa analisis akan membuat suatu hal menjadi tidak relevan. Analisis tanpa spekulasi juga akan menurun pada rincian yang tidak penting dan menjadi hampa. Pada kasus manapun, hanya terdapat beberapa filsuf yang semata-mata spekulatif, preskriptif, dan analitis. Spekulasi, perskripsi, dan analisis diperlukan untuk semua filsuf yang telah matang. William F. O’neil. Dalam dua atau tiga decade terakhir ini ideologi-ideologi klasik seperti kapitalisme, sosialisme, dan nasionalisme mulai kehilangan momentumnya, disusul dan diganti dengan ideology kontemporer seperti Femenisme, pluralisme, postmodernisme. Khususnya di bidang pendidikan juga diramaikan dengan ideology-ideologi baru yang menawarkan doktrin-doktrin pendidikan sebagai terapi atas krisis yang melanda dunia pendidikan. disatu sisi hadirnya ideologi-ideologi tersebut memperkaya khazanah pemikiran pendidikan, akan tetapi disisi lain bisa membingungkan para perencana dan praktisi pendidikan. Berdasarkan pemetaan William F. O’neil ada dua aliran ideologi besar yang cukup berpengaruh, dengan varian masing-masing yaitu pertama, ideologi konservatif dengan variasi: fundamental, intelektualisme, dan konservatisme; kedua, ideology liberalisme dengan variasi: liberalisme, liberasionisme, dan anarkisme. Sebelumnya Henry Giroux juga memitakan aliran ideology dengan agak sederhana yaitu konservatisme, liberalisme, dan aliran kritis. Antara O’neil dan Giroux sesungguhnya ada kesamaan yaitu mereka mengkategorikan adanya dua aliran besar yaitu konservatisme dan liberalisme, kemudian ada satu aliran lagi yang merupakan antithesis terhadap kedua aliran lain yang menurut O’neil disebut aliran anarkisme, sementara Giroux menyebutnya aliran kritis. Sedangkan ciri-ciri utama masing-masing aliran dapat digambarkan sekilas sebagai berikit: pertama, konservatisme. Aliran ini memandang bahwa konsep yang selama ini digunakan masih tetap aktual dan relevan sehingga tidak perlu perubahan. Secara teologis aliran ini merujuk pada teologi jabariyah atau determenisme, bahwa masyarakat pada dasarnya tidak dapat mempengaruhi perubahan social. Semuanya Tuhanlah yang menentukan, didalam memandang kondisi orang atau kelompok masyarakat yang miskin, bodoh, tertindas, kesalahannya terletak pada diri mereka sendiri, mugkin karena malas tidak mau belajar, tidak mempunyai etos kerja dan tidak mempunya perangkat-perangkat lainnya untuk mengubah nasibnya. Oleh karena itu, kesalahannya sendiri, tanpa melihat kemungkinan adanya kesalahan struktur. Itulah sebabnya kaum konservatif dalam memperjuangkan nasib rakyat enggan melakukan konflik. Dalam bahasa agama disebut apadanya (qona’ah). Kedua, liberalisme adalah akar dari pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi dan menjunjung tinggi hak dan kebebasan individu. Konsep pendidikannya bertolak dari paradigma barat tentang rasionalisme dan individualisme yang sejarah perkembangannya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kapitalisme di barat. Segi positif rasionalisme, individualisme dan kebebasan yang berkembang di barat mendorong tumbuhnya kreativitas, semangat inovatif, dan optimalisasi kualitas individu yang sanggup bersaing dan bertanggung jawab dalam iklim kapitalisme. Itulah sebabnya pendidikan lebih diarahkan untuk mengejar kualitas (akademik ataupun profesional) walaupun dengan resiko biaya tinggi. O’neil melanjutkan dan menguraikan dasar-dasar filosofis dari liberalisme yaitu, empirisme, behaviorisme (filosofis), empirisme, biologis, pargmatisme, instrumentalisme, eksprementalisme (filosofis), eksprementalisme ilmiah, relativisme, psikologis, hidonisme psikologis, reinforcement, relativisme budaya, demokrasi sosial, subyektivisme substansial, dan liberalisme pendidikan. kemudian, O’neil menguraikan juga konsep-konsep pokok liberalisme pendidikan (a), seluruh hasil kegiatan belajar adalah pengetahuan melalui pengalaman personal. (b), seluruh hasil kegiatan belajar bersifat subyektif dan selektif. (c), seluruh hasil kegiatan belajar berakar pada pengertian inderawi. (d), pengetahuan terbaik adalah paling seleras dengan pebuktian ilmiah yang sudah dianggap benar sebelumnya. (e), kegiatan belajar diarahkan dan dikendalikan oleh konsekuensi-konsekuensi emosional dari prilaku. Ketiga, anarkisme, dan rekonstruktisme. Istilah anarkisme yang digunakan O’neil bukan berkonotasi buruk, karena maksudnya ialah aliran yang anti kemampanan. Istilah yang agak halus adalah kritisisme atau rekonstruksionisme. Aliran ini memandang bahwa pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya rekonstruksi sosial. Mereka menghendaki perubahan struktur sosial, ekonomi, politik melalui pendidikan. oleh karenanya, pendidikan difungsikan sebagai wahana transformasi sosial, jika perlu melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi sosial menuju tatanan sosial yang lebih adil dan manusiawi. Dengan mengungkap beberapa aliran ideologi tersebut, tidak bermaksud akan membahasnya lebih dalam, tetapi hanya untuk menggambarkan betapa padatnya arus lintas ideologi pendidikan di arena pendidikan bangsa akhir-akhir ini. Masing-masing ideologi pendidikan tersebut tentu memiliki kebaikan dan kelemahan, tergantung dari sudut mana kita memandang. Ideologi-ideologi tersebut yang didasarkan atas filsafat pendidikan yang berkembang di barat khususnya Amerika, satu dengan lainnya terjadi tarik ulur, walaupun yang dominan adalah ideologi liberalisme dengan ketiga variasinya. Hal ini wajar, karena Amerika serikat sebagai Negara yang menganut paham liberal tentu berpengaruh terhadap dinamika pendidikannya. Dari era global wajar pula jika budaya-budaya Negara dan bangsa lain yang sedang berkembang. Betapa besarnya pengaruh ideologi pendidikan liberal di dunia pendidikan bangsa dapat disimak sejak beberapa dekade yang lalu. Kesimpulan. Relasi pemikiran filsafat dan ideologi-ideologi pendidikan memberikan corak pemahaman yang signifikan untuk melacak lmu pengetahuan manusia secara keseluruhan. Filsafat dan pendidikan banyak dipengerahui oleh konsep-konsep jenis pengetahuan yang dikembangkan oleh para filosuf sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan masing-masing. Sedangkan pendekatan dan metode berpikir kefilsafatan bisa dilacak dari kerangka konseptual yang diklasifikasi ke dalam ilmu pengetahuan sehingga pemikiran pendidikan dengan sendirinya mampu memberikan corak pengetahuan sesuai dengan aliran-aliran yang digunakan oleh pemikir filsafat. Sementara kerangka konseptual yang uraikan oleh kedua tokoh tersebut bisa dijadikan acuan untuk memitakan ilmu pengetahuan kedalam dunia pendidikan secara tepat dan benar. Konstribusi keilmuan yang digagas oleh kedua tokoh tersebut baik dari Kneller dan O’neil sangat representatif untuk melakukan kajian ulang dan membenahi cara berpikir sistemik yang larut dikembangkan oleh parktisi pendidikan sehingga corak ilmu pengetahuan pendidikan bersifat konservatisme, liberalisme, dan anarkisme dengan beberapa cabang pengetahuan sesuai materi yang digunakannya. Kelahiran filsafat dan ideology-ideologi pendidikan tidak lepas dari konsep dasar filsafat yaitu, epistemologi, ontologi dan aksiologi. Inilah perkembangan pemikiran manusia sepanjang waktu dan terus dikembangkan yang mampu memberikan konstribusi yang dapat mengubah cara beripikir filsafat sehingga pada abad selanjutnya akan membentuk pemikiran ideologis, serta mempengaruhi konsep-konsep pendidikan secara ideologis pula. Daftar Pustaka. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) George F. Kneller, Introduktion To The Philisophy Of Education, (New York: John Wiley and Sons, 1972). Girux, H.A, Ideology, Culture, and The Process of Schooling, (Philadelphia: Tempel Univesity and Falmer Press, 1981). Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Adi Cita, 2002). Mohammad Karim, Pendidikan Kritis Transformatif, (Yogyakarta: Ar-Russ Media, 2009). Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Russ, 2006), William F. O’ neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar