Sabtu, 16 Februari 2013
METODE DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM: PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAANNYA
METODE DAN PRAKTIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM:
PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAANNYA
Oleh: Tauhedi As'ad
Al-Abrasy menyatakan bahwa, asas terpenting at-Tarbiyah al-Istiqlaliyah (pendidikan pembebasan) adalah membiasakan peserta didik berpegang teguh pada kemampuan diri sendiri sebagai refleksi dasar dari sikap percaya diri, percaya dengan pikiran dirinya sendiri. Asas ini hanya bisa dipakai jika proses pendidikan dilakukan dengan terbuka dan dialogis.
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam seringkali mengajarkan tentang hasil dan wacana ilmu pengetahuan yang diproduksi oleh pemikir pendidikan Islam maupun pemikir barat. Ilmu pendidikan Islam masuk pada kategori ilmu pengetahuan terapan yang harus dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan di sekolah, sehingga pendidikan Islam tidak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Salah satunya adalah penerapan metodologi pendidikan Islam yang bercorak ortodoksi yang absolut sehingga pendidikan Islam di lembaga sekolah sering kali menjenuhkan, bahkan membosankan. Oleh karena itu, metode pendidikan Islam khususnya di lembaga pendidikan formal seharusnya bertujuan kepada pendidikan Islam yang mengacu kepada kebersamaan dan maslahah secara kritis untuk menjembatasi problematika yang dihadapinya.
Pada perkembangannya, metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan Islam khususnya di lembaga pendidikan formal hanya bersifat teknis dan operasional sehingga materi pembelajaran pendidikan Islam mengalami involusi artinya penyampaian materi pendidikan selalu menoton dan statis. Mestinya metode pendidikan Islam harus saling berkaitan dengan tujuan, materi, kurikulum, sarana-prasarana, dan evaluasi pendidikan untuk mendapatkan kualitas yang optimal, namun pembelajaran pendidikan Islam yang dilakukan dalam lembaga pendidikan formal mampu memberikan dasar-dasar teoritik mengenai konsep pendidikan Islam sehingga pendidikan Islam mengalami perkembangan dan perubahan. Cara berpikir metodik inilah yang akan melahirkan perubahan pendidikan Islam ke dalam konteks postmodernitas yang mencengkram kepada masyarakat bangsa Indonesia.
Selanjutnya, berkaitan dengan metode pendidikan Islam dalam praktik pembelajaran dilembaga Pendidikan formal sangat signifikan untuk dikembangkan, agar proses pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar peserta didik sehingga materi pelajaran mampu dicerna dan memahaminya, serta mencapai tujuan pendidikan Islam. Penggunaan metode tersebut didalam pembelajaran tidak hanya menggunakan satu variasi saja melainkan banyak variasi didalam menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan di lapangan, namun metode pendidikan yang hendak diberlakukan kepada peserta didik seharusnya mempertimbangkan aspek efektivitas dan relevansinya dengan materi yang disampaikan. Sementara fungsi didalam menggunakan metode pendidikan tiada lain untuk mencapai terget proses keberhasilan pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai ideal dalam bentuk realitas dan kuliatas hidup.
Kegelisahan ini, barawal bahwa pendidikan Islam yang berhubungan dengan proses pembelajaran dikelas ada kesalahan metodik dari guru itu sendiri, karena tidak pernah membebaskan peserta didik dari kungkungan materi-materi yang menjenuhkan sehingga materi pembelajaran pendidikan Islam tidak berkembang. Menurut Moh Roqib, bahwa metode pembelajaran yang dipakai selama ini lebih banyak menggunakan model ceramah tanpa sentuhan kreasi dan motivasi yang membuat peserta didik dapat bangkit untuk melompat mencari potensi dan mengembangkannya. Metode pembelajaran yang menoton ini tentu saja menjadikan peserta didik tertekan dan seakan ingin lari dari kelasnya.
Pembahasan tersebut, penulis akan mendeskripsikan seputar metode dan penggunaannya, prinsip-prinsip metode dan pembelajaran didalam dunia pendidikan Islam. Alasan penulisan ini, berangkat dari realitas pendidikan Islam yang bercorak normatif, artinya penyampaian materi pendidikan pada saat pelajaran berlangsung paserta didik diberlakukan sebagai obyek belajar sesuai dengan silabus, sehingga seringkali paserta didik bosan dan merasa tertekan didalam menerima materi pelajaran pendidikan Islam di kelas. Oleh karena itu, metode pendidikan Islam yang hendak diberlakukan seharusnya menyesuaikan perkembangan dan perubahan ruang dan waktu sehingga materi pembelajaran akan mencapai tujuan pendidikan Islam.
B. Pengertian Dasar Penggunaan Metode
Pengertian Istilah metode secara kebahasaan berarti dengan cara yang telah diatur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Pengertian secara terminologis, menurut Mujammil Qomar menyatakan bahwa, metode pendidikan Islam bermaksud membahas metode-metode yang dipakai untuk menyampaikan materi pendidikan Islam. Abuddin Nata mengemukakan bahwa, metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek sasaran yaitu pribadi Islam. Akan tetapi didalam literatur ilmu pendidikan yang telah diungkapkan oleh Ahmad tafsir, bahwa metode mendidik, selain dengan cara mengajar, tidak terlalu banyak dibahas oleh para ahli, sebab metode mengajar lebih jelas, lebih tegas, obyektif, bahkan universal, sedangkan metode mendidik selain mengajar lebih subyektif, kurang jelas, kurang tegas, lebih bersifat seni daripada sebagai sains. Jadi metode pendidikan Islam merupakan jalan yang dilalui dengan cara menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
Pemahaman tentang metode sangat berkaitan dengan materi pendidikan untuk disampaikan kepada peserta didik, sedangkan konsep pendidikan Islam yang hendak disampaikan kepada paserta didik harus berjalan dengan benar dan tepat, jika tidak menggunakan metode yang tepat, maka hasilnya juga akan tidak baik, sementara materi pendidikan Islam harus di proses secara tepat sesuai dengan perkembangan pendidikan berdasarkan pada peristiwa dan realitas yang melingkupinya. Baik atau tidaknya kegunaan metode tentang materi pembelajaran pendidikan Islam tersebut, tergantung pendekatan yang dipakai oleh pendidik untuk mendekati kebenaran atau materi yang hendak disampaikan kepada peserta didik. Oleh karenanya, kedudukan metode pendidikan Islam sangat signifikan digunakan untuk praktik pembelajaran kedalam pendidikan formal, namun didalam pendidikan banyak sekali variasi metode yang dikembangkan oleh para pemikir pendidikan Islam maupun pemikir pendidikan Barat.
Menurut Roqib, membagi dasar-dasar penggunaan metode pendidikan Islam yang penting diperhatikan adalah dasar agamis, biologis, pskilogis yang meliputi: (1) tujuan pendidikan dan pembelajaran yang akan disampaikan mencakup dominan kognitif (pikir), afektif (dzikir), dan psikomotorik (amal) guna mendapatkan kesejahteraan, kebahagaan hidup dunia dan akhirat. (2) peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi dan sekaligus kelemahan individual dan kolektif sesuai dengan kondisi fisik, psikis, dan usianya. (3) situasi dan kondisi lingkungan pembelajaran, baik dari aspek fisik-materiil, sosial dan psikis emosional. (4) fasilitas dan media pembelajaran yang tersedia berserta kualitasnya. (5) kompetensi pendidik (baik profesional, pedagogis, sosial, maupun kepribadian).
Dasar-dasar kegunaan kelima diatas, merupakan pertimbangan yang harus dilakukan oleh pendidik atau guru untuk mengetahui secara obyektif terhadap perkembangan materi pelajaran pendidikan Islam dikelas, maka konsep dasar tersebut akan menjadi fleksibel, relatif, dan tentatif. Dikatakan fleksibel, berarti bisa berubah dan berbeda antara materi yang satu dengan materi yang lain, bahkan memungkinkan ada perubahan dan penyesuaian ditengah proses pembelajaran berlangsung. Relatif, berarti tidak ada kebenaran mutlak dalam penggunaan metode dan teknik pembelajaran, karena masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihannya. Tentatif, berarti tidak ada metode yang cocok untuk semua peserta didik dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Oleh karenanya, dasar pertimbangan metode pendidikan Islam tersebut harus bersifat dinamis sehingga penggunaan metode pembelajaran pun harus dinamis.
C. Prinsip-Prinsip Metode Dan Pendekatan Pendidikan Islam.
Pada dasarnya metode pendidikan Islam tidak ada perbedaan dengan metode pendidikan pada umumnya. Sedangkan prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam mengacu pada unsur-unsur yang pembeda. Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Saibany meliputi. (1) mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didiknya. (2) mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan. (3) mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik. (4) mengetahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik. (5) memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan kelanjutan, keaslian, pembaharuan dan kebebasan berpikir. (6) menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang mengembirakan bagi anak didik. (7) menegakkan keteladanan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan asas atau dasar pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Asas adalah merupakan kebenaran untuk berproses berpikir dan bertindak sebaik-baiknya, dengan cara menggunakan metodologi pendidikan Islam agar memperoleh materi pembelajaran yang hendak disampaikan oleh pendidik terhadap peserta didik. Metodologi pendidikan Islam yang dimaksud adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam mengaplikasikan metode pendidikan Islam sesuai dengan materinya masing-masing. Oleh karena itu, prinsip metode pendidikan Islam sebagai alat bantu untuk berfungsi membantu bidang-bidang lain dalam proses pembelajaran. Menurut Soewarno, metode pendidikan banyak sekali jenisnya, disebabkan oleh metode yang dipengaruhi oleh banyak faktor.
Perlu diperhatikan bahwa ada penekanan term metodologi dengan metode, seni, strategis, pendekatan yang digunakan khususnya kedalam pendidikan Islam, namun term tersebut saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kalau metodologi penekanannya kepada epistemologi ilmu pengetahuan, metode lebih mengarahkan kepada cara mengajar yang sesuai dengan sasarannya, seni merupakan keindahan cara mengajar dikelas, dan pendekatan merupakan kerangka filosofis dan teoritis yang menjadi dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Armai Arief, bahwa pendidikan tidak efektif, manakala tidak menggunakan pendekatan, ketika menyampaikan suatu materi dalam proses pembelajaran. Dalam proses pendidikan Islam, pendidikan yang tepat guna adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Metode pendidikan Islam sangat berkaitan dengan pendekatan yang digunakan, salah satunya pendekatan sebagai landasan epistemologis yang seringkali dipakai dalam dunia pendidikan Islam adalah pendekatan bayani, burhani dan irfani. Sedangkan pendekatan bayani hanya berkutat pada teks normatifnya untuk memahami apa adanya tanpa adanya interpretasi secara kontekstual, sementara burhani adalah interpretasi yang berhubungan dengan konteks yang berkembang, irfani memahami dengan landasan intuisi transedental untuk menerima kebenarannya. Dalam proses belajar-mengajar materi yang disampaikan kepada peserta didik seringkali menggunakan pendekatan bayani untuk mengkomsumsi ilmu pengetahuan tanpa adanya nalar kritis dan tidak menjelaskan atau menguraikan pengalamannya masing-masing.
Pada sisi lain, ada pendekatan yang di rumuskan oleh pakar pendidikan Islam beragam pendekatan yang digunakan dalam materi pembelajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik, sedangkan beragam pendekatan pendidikan Islam yang sering dipakai dalam proses pembelajaran, menurut Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan meliputi beragam pendekatan, yaitu (1) pendekatan religius, yaitu menekankan kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa keagamaan. (2) pendekatan filosofis, yaitu memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional, sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangan didasarkan pada kemampuan berpikirnya. (3) pendekatan sosio kultural yang bertumpu pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan. (4) pendekatan scientific yang menekankan pada pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan (kognitif), kemauan dan merasa (emosional atau afektif) pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan analisis, reflektif, dan berpikir.
D. Praktik Metode Mengajar Aktif-Kreatif.
Relasi metode pendidikan Islam dengan pengajaran sangat berhubungan, jika metode tanpa praktik mengajar tidak bisa menilai perkembangan sejauhmana proses pembelajaran saat berlangsung. Pendidik dan peserta didik harus saling memahami terhadap materi yang hendak disampaikannya, pendidik harus mampu mengusai tindakan kelas dan benar-benar mengusai metode yang hendak disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan keinginan. Dalam literatur kependidikan, menurut Abuddin Nata, paling tidak ditemukan tiga bentuk metode pembelajaran yang berpusat pada pendidik dan metode pembelajaran berpusat pada peserta didik serta metode yang berpusat pada pendidik dan peserta didik sekaligus.
Sedangkan metode pembelajaran model yang pertama adalah cara pembelajaran yang menempatkan pendidik sebagai pemberi informasi, pembina, dan pengarah satu-satunya aktivitas pendidikan. Konsekuensinya model ini adalah seorang pendidik mencukupkan dirinya pada penguasaan bahan pelajaran semata, tanpa harus mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran yang dapat disampaikan kepada peserta didik. Sementara model metode pembelajaran kedua, yaitu yang berpusat pada peserta didik merupakan metode yang berupaya memberikan rangsangan, bimbingan dan pengarahan, serta dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar. Jadi yang terpenting dalam metode model tersebut adalah bukan hanya pendidik menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan, artinya pendidik hanya memfasilitasi terhadap proses perkembangan peserta didik didalam kelas.
Menurut, Noeng Muhajir, didalam model ini, peserta didik diberi kesempatan seluas mungkin untuk menyerap informasi, menghayati sendiri peristiwa yang terjadi, dan melakukan langsung aktivitas operasional belajarnya. Dengan pemberian kesempatan yang luas ini, yang terjadi adalah kontrak belajar dari peserta didik kepada pendidik atau gurunya, maka pendidik harus menerima kontrak tersebut sesuai dengan kesepakatan bersama, tujuannya adalah agar antara pendidik dan peserta didik sama-sama mengikuti dan menghargai terhadap segala ketentuan pada saat materi pelajaran berlangsung sehingga tidak ada diskriminatif di antara keduanya. Oleh karena itu, metode dan praktik pembelajaran pendidikan Islam akan berjalan dengan baik dan lancar.
Metode model ketiga adalah menciptakan interaksi yang harmonis dalam proses pembelajaran didalam menerima materi pelajaran pendidikan Islam sehingga tidak ada unsur dominasi yang diskriminatif. Metode model tersebut sangat penting untuk dilaksanakan dalam jenjang pendidikan formal, para ahli pendidikan kontemporer lebih memilih pada metode model yang ketiga, mengingat terhadap perkembangan pendidikan pada umumnya, dan khususnya peserta didik semakin berkembang. Pendidik dan peserta didik harus ikut andil yang sama didalam konteks interaktif, yaitu bagaimana pendidik mengajar dan siswa belajar dengan aksentuasi pada proses belajar peserta didik. Kategori model metode tersebut sangat menghendaki dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, karena pada hakikatnya pendidikan Islam menginginkan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat, dan dialog dengan penuh tanggung jawab.
Sedangkan macam-macamnya metode yang digunakan kedalam pendidikan Islam, menurut, Soewarno, sebagai tim penyusun didaktik metodik, bahwa metode pendidikan Islam secara ringkas meliputi sepuluh macam, (1) metode ceramah, (2) metode latihan siap, (3) metode tanya jawab, (4) metode diskusi, (5) metode demontrasi dan eksperimen, (6) metode pemberian tugas, (7) metode karyawisata, (8) metode kerja kelompok, (10) metode sosio-drama dan bermain peranan. Akan tetapi mengenai metode mengajar sangat beragam sekali yang telah dirumuskan oleh pakar pendidikan Islam, walaupun tidak menjelaskan pembahasan secara mendetail. Oleh karenanya, didalam menggunakan metode pendidikan Islam harus dipertimbangkan terlebih dahulu sesuai dengan konteks baik dari pendidikan Islam sendiri secara profesional maupun peserta didik yang kompetitif, bahkan tidak semua metode pengajaran relevan dengan sasarannya yang hendak disampakan terhadap peserta didik.
E. Trend Edutainment Di dalam Pembelajaran.
Edutainmen dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan tekhnologi yang telah masuk terhadap dunia pendidikan yaitu masuknya intertainment yang memfokuskan kepada hiburan. Konsep edutainment sangat menarik dan trend didalam dunia pendidikan Islam, kata edutainment terdiri dari dua kata, yaitu education dan interteinment. Education artinya pendidikan, dan intertainment artinya hiburan. Dari segi bahasa, edutainment adalah pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan dari dari segi terminologi, edutainment bisa di definisikan sebagai proses pembelajan yang di desain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktivitas pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan.
Proses pembelajaran yang lebih menekankan pada sisi hiburan ini disebut dengan edutainment (pendidikan yang menyenangkan). Edutainment secara epistemologis dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dan menikmati proses pembelajaran dalam suasana yang kondusif dan dengan proses pembelajaran yang rileks, menyenangkan, dan bebas dari tekanan, baik fisik maupun psikis. Praktik edutainment tersebut dapat dilakukan dengan menggunakana humor yang diselipkan di tengah-tengah penyampaian materi atau humor yang di desain untuk gambaran faktual yang menarik, terkait dengan materi yang dipelajari. Teknik bermain peran dan demontransi serta penggunaan multi media dengan diiringi musik yang menyentuh hati merupakan alternatif lain dari pelaksanaan edutainment.
Teori edutainment didasarkan pada situasi bahwa, setiap hal yang menyenangkan bagi seseorang akan senantiasa di ingat dan di ulang-ulang yang merasakannya. Kenikmatan dan kesenangan bahkan telah memunculkan aliran hidonisme, paham yang beroreintasi pada kesenangan hidup dan menikmati sepuas-puasnya kesenangan semata. Terkait dengan edutainment tersebut, teori quamtum learning menyatakan bahwa setiap informasi yang masuk ke dalam otak peserta didik akan menuju otak tengahnya yang berfungsi sebagai pusat pengarah. Berbeda dengan informasi pembelajaran yang berhubungan dengan rasa takut atau emosi negatif, otak tengah akan meredam dan menyaring informasi yang masuk dan sedikit sekali yang mencapai neokortes. Neokortes akan menerima sesuatu secara lebih baik sehingga belajar menjadi kurang efektif.
Munculnya konsep belajar edutaiment lahir abad ke 21 pada tahun 1980-an untuk menjadikan konsep yang berwawasan secara formal untuk diberlakukan pada jenjang pendidikan di sekolah. Pemahaman konsep tersebut sangat efektif untuk di praktekkan kedalam lembaga pendidikan formal, dan konsep edutaiment merupakan salah bagian metode pembelajaran yang berhasil serta membawa implikasi yang luar biasa pada bidang pendidikan maupun pelatihan di era kontemporer ini. Tujuan pembelajaran edutainment tiada lain untuk mencerdaskan dan menyenangkan serta mampu menangkap materi pelajaran secara aktif-kreatif yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Menurut Hamruni, tujuan edutainment adalah agar pembelajar (siswa) bisa mengikuti dan mengalami proses pembelajaran dalam suasana yang gembira, menyenangkan, menghibur dan mencerdaskan. Oleh karenanya, sangat penting diberlakukan konsep edutainment di lembaga pendidikan formal sesuai dengan kebutuhan khususnya dalam situasi tertentu dalam proses pembelajaran berlangsung.
Langkah-langkah implementasi konsep edutainment dalam proses pembelajaran, ada beberapa langkah yang harus bisa dilakukan. Pertama, menumbuhkan sikap positif terhadap belajar. Pada proses pembelajaran berlangsung tidak berjalan secara murni, karena setiap siswa atau murid seringkali mengalami rasa takut, cemas, gagal, dan bahkan membosankan didalam menerima materi pelajaran di kelas. Untuk itu, perlu adanya sikap dan berpikir posistif terhadap siswa agar bisa menerima materi pelajaran secara optimal mungkin. Kedua, membangun minat belajar. Proses belajar edutainment harus berlandaskan kepada bagaimana guru menjelaskan secara mudah dan dapat dipahaminya, baik menggunakan metode pembelajaran, mengusai materi pelajaran, dan menguasai tindakan kelas sehingga bisa bermanfaat terhadap tujuan pendidikan Islam. Ketiga, melibatkan emosi siswa dalam pembelajaran. Artinya siswa mampu diarahkan untuk semangat mencari ilmu pengetahuan khususnya dibidangnya masing-masing dengan cara penelitian tindakan kelas sehingga menemukan makna yang sangat signifikan dan permanen.
Desain pembelajaran yang perspektif edutainment berdampak pada (1) membuat peserta didik merasa senang dan membuat belajar menjadi terasa lebih mudah, (2) mendesain pembelajaran dengan selipan humor atau mendesain humor dan permainan edukatif untuk memperkuat pemahaman materi, (4) penuh kasih sayang dalam berinteraksi dengan peserta didik, (5) menyampaikan materi pelajaran yang dibutuhkan dan bermanfaat, (6) menyampaikan materi yang sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik, dan (7) memberikan pujian dan hadiah sebagai motivasi agar peserta didik dapat lebih berprestasi. Meski demikian, pada kasus tertentu, pendidik dapat memberikan sanksi atau hukuman jika edukatif diperlukan. Sedangkan teknik aplikasi program edutainment dapat dilakukan dengan beberapa cara: (1) menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran, (2) mengembangkan motivasi belajar yang kuat, (3) mengenal dan memahami karakter dan gaya belajar peserta didik, (4) melakukan pembelajaran aktif dan total. Inilah proses pemberian tugas dan latihan harus dengan motivasi untuk sukses dan menunjukkan manfaat dalam kehidupan.
F. Kesimpulan.
Metode pendidikan Islam sangat diperlukan dalam dunia pendidikan Islam sehingga peserta didik mengalami suasana yang enak tidak terganggu. Karena kedudukan metode itu sangat signifikan, bahkan metode pendekatan lebih dari pada materi itu sendiri. Namun penggunaan metode, pendekatan, teknik, dan seni, sesungguhnya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu sama lainnya sehingga peinsip-prinsip dan kegunaannya mencapai tujuan pendidikan Islam. Komponen-komponen pendidikan didalamnya harus dipertimbangkan untuk menerapkan metodologi yang hendak disampaikan kepada peserta didik dengan baik dan lancar, agar materi pendidikan Islam tersebut bermanfaat bagi peserta didik sehingga suasana ruangan di kelas tidak menakutkan.
Proses dan praktik metode pendidikan Islam harus disesuaikan dengan ruang dan kondisi peserta didik. Pendidik harus mampu melihat perkembangan siswa dikelas secara optimal untuk menjaga kebosanan dan emosi yang negatif, supaya didalam menyampaikan materinya tidak membosankan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip metode sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan tidak semua metode yang diterapkan cocok digunakan kedalam praktik pembelajaran pada saat proses belajar-menagajar berlangsung. Penelitian tindakan kelas sangat penting untuk menformat metodologi pendidikan Islam dalam kelas yang didalamnya terdapat anak berbakat atau menuntut pendidik lebih kreatif dengan cara mengembangkan metode yang ada untuk dikembangkan sehingga berpotensi membuat peserta didik bersikap kreatif.
Untuk menghindari kebosanan dikalangan peserta didik, cara belajar aktif merupakan salah satu solusinya yang diantara bisa dilakukan dengan pendekatan cara-cara belajar-mengajar yang dimaksudkan untuk mengembangkan potensinya. Di antara berpikir kritis tersebut adalah dengan meneliti berbagai masalah sosial sehingga mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan akademis, sikap dan nilai yang baik serta keterampilan sosial. Selain dengan menggunakan langkah-langkah tersebut, pendidikan kreatif juga menggunakan langkah-langkah lain, yang penting rasional, sistematis, dan logis secara profesional sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Daftar Pustaka.
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat, 1996).
____________, Paradigma Pendidikan Islam: Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2001).
Ahmad Janan Asifuddin, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis, (Yogyakarta: Suka Press, 2009).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Pespektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2004).
Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
Hamdani Ihsan Dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001).
Hamruni, Konsep Edutainment Dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008).
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999).
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008).
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKiS, 2009).
Muhammad Athiyah al-Abrasy, Ruh al-Islam, (Mesir: Mathba’ah Lajnah al-Bayan al-Arabi, 1964).
Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005).
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003).
Omar Muhammad al-Taoumy al-Saibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Soewarno, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Rajawali, 1976).
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar